Kutipan kata bijak islami dari para walisongo

Kata pujangga walisongo

Kata pujangga walisongo

Semboyan walisongo — “Walisongo” berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid.

Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.

Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai “tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai “paus dari Timur” hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha. Maka dari itu dalam kesempatan kali ini kami akan memberikan beberapa kata mutiara indah jawa Wali Songo yang merupakan cara para Wali songo untuk berdakwah dengan semboyan bahasa jawanya :

Kata mutiara walisongo yang menginspirasi

“Urip iku urup”

(Hidup itu Nyala! Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita. Semakin besar manfaat yang bisa kita berikan, tentu akan lebih baik.)

“Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara”

(Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan, serta memberantas sifat angkara murka, serakah, dan tamak.)

“Sura dira jaya jayaningrat, lebur dening pangastuti”

(Segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati, dan sabar.)

“Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sekti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha”

(Berjuang tanpa perlu membawa massa; menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan, kekayaan atau kekuasaan, keturunan; kaya tanpa didasari kebendaan.)

“Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan”

(Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri, Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.)

“Aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman”

(Jangan mudah terheran-heran, Jangan mudah menyesal, Jangan mudah terkejut, Jangan mudah kolokan atau manja.)

“Aja ketungkul marang kalungguhan, kadonyan lan kemareman”

(Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan, dan kepuasan duniawi.)

“Aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak cilaka”

(Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.)

“Aja milik barang kang melok, aja mangro mundak kendho”

(Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, dan indah,
Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.)

“Aja adigang, adigung, adiguna”

(Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti.)

“Memangun resep tyasing sasama”

(Kita selalu membuat senang hati orang lain)

“Jroning suka kudu eling lan waspodo”

(Dalam suasana gembira hendaknya selalu ingat Tuhan dan selalu waspada)

“Laksitaning subrata lan nyipta marang pringga bayaning lampah”

(Dalam upaya menggapai cita-cita luhur jangan menghiraukan halangan dan rintangan)

“Meper Hardaning Pancadriya”

(Senantiasa berjuang menekan gejolak-gejolak nafsu duniawi)

“Heneng — Hening — Hanung”

(Di dalam diam akan dicapai keheningan dan di dalam keheningan akan mencapai jalan kebebasan mulia)

“Mulya guna Panca Waktu”

(Pencapaian kemulian lahir batin dicapai dengan sholatt lima waktu)

“Menehono teken marang wong kang wuto.
Menehono mangan marnag wong kang luwe.
Menehono busana marang wong kang wuda.
Menehono pangiyupan marang wong kang kudanan.”

(Berikan tongkat pada orang yang buta, Berikan makan pada orang yang lapar ,Berikan pakaian pada orang yang telanjang ,Berikan tempat berteduh pada orang yang kehujanan)

“Mulya tanpa punggawa”

(kemuliaan hanya dalam iman dan kemuliaan kekasih Allah (WALI) bukan dengan banyaknya pengikut)

“Mletik tanpa sutang”

(niat untuk dakwah karena Allah, Allah yang berangkatkan kita bukan sebab dunia seperti harta dan sebagainya)

“Mabur tanpa lar”

(berdakwah jangan mengharap bantuan)

“Digdaya tanpa aji-aji”

(digdaya adalah kewibawaan, kewibawaan adalah
ilmu,ilmu adalah Allah, jadi datangilah majlis-majlis ilmu tanpa mengharap akan jadi karomah atau sakti tapi mengharaplah jadi teliti dan hati-hati dalam hidup)

“Menang tanpa tanding”

(dakwah dengan hikmah, kata-kata nyata dgn dasar yang nyata, akhlaq yg mulia dan menangislah pada Allah agar umat yg kita jumpai dan umat seluruh alam mendapatkan hidayah bukan dengan kekerasan.)

“Kuncara tanpa wara-wara”

(ikhlas dalam berdakwah bukan mengharap terbuka keagungan dan di agungkan manusia, bukan berharap terkenal dan di kenal manusia, tapi serahkan semua keagungan dan menangislah bila Allah tidak mengenal kita)

“Kalimasada senjatane”

(Selalu mendakwahkan kalimat iman, mengajak umat pada iman dan amal salih.)

Kutipan kata bijak islami dari para walisongo